Kamis, 30 Juni 2011

koefisien fenol

Koefesien fenol


Luqman maulana
Akademi farmasi mahadhika



1.                  Tujuan
mengevaluasi daya anti mikroba suatu fenol, kunyit dan betadine dengan memperkirakan potensi dan efektifitas desinfektan berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak terhadap kuman dan membandingkannya terhadap fenol standard yang disebut koefisien fenol.

2.                  Pendahuluan
Pengawasan terhadap mikroorganisme penyebab penyakit telah menjadi pemikiran para ahli semenjak penyakit-penyakit mulai dikenal. Berbagai macam substansi telah dicoba untuk memilih yang paling tepat guna menghilangkan pencemaran oleh jasad renik terhadap benda-benda baik hidup ataupun mati. 
Bahan anti mikroba yang ditemukan memiliki keefektifan yang bermacam-macam, dan pengunaannya pun ditujukan terhadap hal-hal yang berbeda-beda pula. Salah satu jenis anti mikroba dikenal sebagai disinfektan, merupakan suatu zat (biasanya kimia) yang dipakai untuk maksud disinfeksi pada bahan-bahan tidak bernyawa.
Fenol adalah salah satu contoh disinfektan yang efektif dalam membunuh kuman. Pada konsentrasi rendah, daya bunuhnya disebabkan karena fenol mempresipitasikan protein secara aktif, dan selain itu juga merusak membran sel dengan menurunkan tegangan permukaannya. Dengan persetujuan para ahli dan peneliti, fenol dijadikan standar pembanding untuk menentukan aktivitas sesuatu disinfektan.
Zat-zat antimikroba yang dipergunakan untuk disinfeksi harus diuji keefektifannua. Cara menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut adalah dengan melakukan tes koefisien fenol. Uji ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas suatu produk (desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama. Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dicoba dicampur dengan suatu volume tertentu biakan Salmonella thyphosa atau Staphylococcus aureus.

Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil.
200px-Phenol_chemical_structure.png


Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O yang dapat dilarutkan dalam air.
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya


3.       Alat dan bahan
Alat:
- Pipet volume 10 ml
- Tabung reaksi
-   Tabung widal
-   Kawat ose
-   Rak tabung
-   Pipet volume 1 ml

Bahan:

-       Biakan bakteri staphylococcus aureus
-       Air suling steril
-       Fenol 5 %
-       Kunyit 10 %
-       Betadine
-       NB

4.      Prosedur kerja
a.       Pengenceran fenol 5 %
-       Sediakan tabumg reaksi steril dan diberi nomor 1-10. Tabung no 1-5 berturut-turut diberi air suling steril sebanyak 5 ml, 6 ml, 7 ml, 8 ml, 9 ml. Kemudian tabung ini masing-masing diberi fenol sebanyak 2 ml dikocok homogen.
-       Dipindahkan sebanyak 5 ml dari tabung 1 ke tabung 6, tabung 2 ke tabung 7. Tabung 3 ke tabung 8, tabung 4 ke tabung 9 dan tabung 5 ke tabung 10.
-       Tabung 6-10 siap diinokulasi bakteri
-       Siapkan tabung widal sebanyak 15 tabung
-       Tabung 6 diiolukasikan sebanyak 3 kali tiap tabung widal pada waktu yang berbeda

b.      Pengenceran kunyit
-       Sediakan tabumg reaksi steril dan diberi nomor 1-10. Tabung no 1-5 berturut-turut diberi air suling steril sebanyak 5 ml, 6 ml, 7 ml, 8 ml, 9 ml. Kemudian tabung ini masing-masing diberi  kunyit  10 % sebanyak 2 ml dikocok homogen.
-       Dipindahkan sebanyak 5 ml dari tabung 1 ke tabung 6, tabung 2 ke tabung 7. Tabung 3 ke tabung 8, tabung 4 ke tabung 9 dan tabung 5 ke tabung 10.
-       Tabung 6-10 siap diinokulasi
-       Siapkan tabung widal sebanyak 15 tabung
-       Tabung 6 diiolukasikan sebanyak 3 kali tiap tabung widal pada waktu yang berbeda

c.       Pengenceran betadine
-       Sediakan tabumg reaksi steril dan diberi nomor 1-10. Tabung no 1-5 berturut-turut diberi air suling steril sebanyak 5 ml, 6 ml, 7 ml, 8 ml, 9 ml. Kemudian tabung ini masing-masing diberi  betadine  10 % sebanyak 2 ml dikocok homogen.
-       Dipindahkan sebanyak 5 ml dari tabung 1 ke tabung 6, tabung 2 ke tabung 7. Tabung 3 ke tabung 8, tabung 4 ke tabung 9 dan tabung 5 ke tabung 10.
-       Tabung 6-10 siap diinokulasi
-       Siapkan tabung widal sebanyak 15 tabung 
-       Tabung 6 diiolukasikan sebanyak 3 kali tiap tabung widal pada waktu yang berbeda
 
5.      Perhitungan pengenceran.

Rumus pengenceran V1 x M2 = V2 x M2

a.       Fenol 5 %
-       Tabung 6
2 x 5 % = 5 +2  x M2
M2       = 10 % / 7 ml
M2       = 10/100 x 1/7
M2       = 10/700 = 1/70
-       Tabung 7
2 x 5 % = 6 +2  x M2
M2       = 10 % / 8 ml
M2       = 10/100 x 1/8
M2       = 10/800 = 1/80
-       Tabung  8
2 x 5 % = 7 +2  x M2
M2       = 10 % / 9 ml
M2       = 10/100 x 1/9
M2       = 10/900 = 1/90
-       Tabung 9
2 x 5 % = 8+2  x M2
M2       = 10 % / 10 ml
M2       = 10/100 x 1/10
M2       = 10/1000 = 1/100

-       Tabung  10
2 x 5 % = 9+2  x M2
M2       = 10 % / 11 ml
M2       = 10/100 x 1/1
M2       = 10/1100 = 1/110

b.      Pengenceran betadine 10 % dan kunyit 10 %

-       Tabung ke 6
V1 x M1 = V2 x M2
2 x 10 % = (5+2) x M2
M2         = 20 % / 7 ml
M2         = 20/200 x  1/7
M2         = 20/1400 = 1/70

-       Tabung ke 7
V1 x M1 = V2 x M2
2 x 10 % = (6+2) x M2
M2         = 20 % / 8 ml
M2         = 20/200 x  1/8
M2         = 20/1600 = 1/80

-       Tabung ke 8
V1 x M1 = V2 x M2
2 x 10 % = (7+2) x M2
M2         = 20 % / 9 ml
M2         = 20/200 x  1/9
M2         = 20/1800 = 1/90

-       Tabung ke 9
V1 x M1 = V2 x M2
2 x 10 % = (8+2) x M2
M2         = 20 % / 10 ml
M2         = 20/200 x  1/10
M2         = 20/2000 = 1/100

-       Tabung ke 10
V1 x M1 = V2 x M2
2 x 10 % = (9+2) x M2
M2         = 20 % / 11 ml
M2         = 20/200 x  1/11
M2         = 20/2100 = 1/110
6.      Hasil pengamatan
pengenceran
Waktu menanam / hasil pengamatan
keterangan
5 menit
10 menit
15 menit

Fenol 5 %

Pengenceran 1
-
-
-

Pengenceran 2
+
-
-

Pengenceran 3
-
-
-

Pengenceran 4
-
+
-

Pengenceran 5
-
-
-

Kunyit 10 %

Pengenceran 1
+
+
+

Pengenceran 2
+
+
+

Pengenceran 3
+
+
+

Pengenceran 4
+
+
+

Pengenceran 5
+
+
+

Betadine 10 %

Pengenceran 1
-
-
-

Pengenceran 2
-
-
-

Pengenceran 3
-
-
+

Pengenceran 4
+
-
+

Pengenceran 5
+
+
+



                                       pengenceran tertinggi fenol yang mematikan mikroorganisme        waktu 10 menit, tidak mematikan pada waktu 5 menit.
rumus koefesien fenol =
Pengenceran tertinggi sampel yang mematikan mikroorganisme waktu 10 menit, tidak mematikan pada waktu 5 menit.

=  1/80
     1/100
= 1,25

7.      Pembahasan
Pada percobaan tekhnik analisa hayati dengan judul koefesien fenol, percobaan ini bertujuan untuk mengetahui daya kerja antimikroba dari setiap sampel (fenol 5%, kunyit 10% dan betadine 10%). Daya kerja antimikroba sering sekali disetarakan dengan fenol. Kemampuan bahan kimia sebagai antimikroba dengan fenol disebut dengan koefesien fenol.
Dalam percobaan, langkah peratam yaitu siapkan 10 tabung reaksi steril kemudian beri nomor 1-10. Untuk 5 tabung pertama masing-masing tabung diisi dengan larutan fisiologis 0,9% sebanyak 5ml, 6ml, 7ml, 8ml, 9ml. Setelah itu masukkan sampel sesuai dengan konsentrasinya sebanyak 2ml pada setiap tabung. Kemudian tabung 6-10 diisi oleh larutan dari tabung 1-5 sebanyak 5 ml.  Dan tabung siap diinolukasilan bakteri staphylococcus aureus sebanyak 0,5 ml.
Dari masing-masing tabung inokulasikan bakteri pada tabung widal pada waktu yang berbeda(5menit, 10 menit dan 15 menit) kemudian inkubasi dalam oven suhu 370 C selama 24 jam.
Dari hasil pengamatan pada sampel fenol diperoleh pengenceran tertinggi fenol yang mematikan miroorganisme pada waktu 10 menti, dan tidak mematikan pada waktu 5 menit terdapat pada pengenceran ke-2 dengan konsentrasi pengenceran 1/80. Untuk sampel kunyit 10 % tabung widal semuanya berubah menjadi keruh, sedangkan untuk betadine 10% pengenceran tertinggi bahan kimia yang mematikan mikroorganisme pada waktu 10 menit, dan tidak mati pada waktu 5 menit terdapat pada pengenceran ke 4 dengan konsentrasi oengenceran1/100. Sehingga dapat diketahui koefesien fenolnya yaitu 1,25.



8.      Kesimpulan

Koefisien fenol betadine 10 % yaitu 1,25 yang berarti betadine mempunyai daya kerja antimikrobial yang lebih baik dari fenol.



9.      Daftar pustaka

Kamis, 23 Juni 2011

laporan praktikum teknik aseptik

TEKNIK BEKERJA ASEPTIS
LUQMAN MAULANA

09007

Tanggal praktek : 7 april 2011

AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN MAHADHIKA


Pendahuluan

Pengertian

Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan.

Macam-macam sterilisasi

Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.

1. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik.

2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.

· Pemanasan

1. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.

2. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.

3. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.

4. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf

· Penyinaran dengan UV

Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV

3. Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.

Berbagai prosedur umum kerja dalam mikrobiologi yang membutuhkan teknik aseptis

Desinfeksi meja kerja

clip_image002

clip_image004

clip_image006

clip_image008

clip_image010

Saran-saran kerja aseptis :

1. Sebelum membuka ruangan atau bagian steril di dalam tabung/cawan/erlenmeyer sebaiknya bagian mulut (bagian yang memungkinkan kontaminan masuk) dibakar/dilewatkan api terlebih dahulu.

2. Pinset, batang L, dll dapat disemprot dengan alkohol terlebih dahulu lalu dibakar.

3. Ujung jarum inokulum yang sudah dipijarkan harus ditunggu dingin dahulu atau dapat ditempelkan tutup cawan bagian dalam untuk mempercepat transfer panas yang terjadi.

4. Usahakan bagian alat yang diharapkan dalam kondisi steril didekatkan ke bagian api.

5. Jika kerja di Safety Cabinet tidak perlu memakai pembakar bunsen tetapi jika di luar Safety Cabinet maka semakin banyak sumber api maka semakin terjamin kondisi aseptisnya

1. Alat dan bahan

Alat-alat gelas dan keramik

· Cawan Petri

· Pipet ukur

· Tabung reaksi

· Labu Erlenmeyer

· Beaker glass

· Bunsen burner

Alat-alat non gelas

· Jarum inokulum / ose

Bahan

1.NA

2.NB

3.air steril 0.9%

Hasil pengamatan

A. NA agar miring

1.pembanding (-)

2.sampel(+)

B. NB agar tegak

1.pembanding (-)

2.sampel (+)

C. agar Plate

NA cawan petri + air steril metode tuang (-)

NA cawan petri + air steril metode gores (-)

Air steril metode tuang.

Air steril metode gores

Blangko

Sampel + pembanding

Pembanding+blangko+sampel.

4. Pembahasan

Pada percobaan tekhnik analisa hayati bekerja secara aseptis metode yang digunakan yaitu metode tuang dan gores. Pada metode tuang prosedurnya yaitu NA yang sudah disterilkan dengan autoklaf kemudian dituangkan kecawan petri setelah itu tuangkan air steril 0,9% dengan pipet serologis 1 ml.percobaan yang kedua yaitu metode air steril dengan goresan. Caranya yaitu media NA dituangkan kedalam cawan petri setelahn itu gores air steril dengan loop inokulasi yang sudah disterilkan dengan api bunsen. Percobaan yang ketiga yaitu penanaman bakteri bacciluss kedalam media NB tegak dan NA agar miring.

Setelah percoobaan selesai kemudian kita inkubasi selama 24 jam dan hasil pengamatan menyatakan bahwa agar+air steril metode tuang (-) negatif bakteri. Kemudian agar + air steril metode gores (-)bakteri dan agar NB tegak (+) bakteri basilluss sedangkan pembandingnya (-) negatif bakteri begitu pila dalam agar NA miring dalam pembanding (-) bakteri dan dalam tabung yang tertanam (+) baketri.

5. Kesimpulan

Teknik aseptis sangat penting dalam bekerja di laboratorium mikrobiologi, penguasaan teknik asepteis yang baik dan terampil dapat meminimalisir potensi kontaminasi.

6. Daftar pustaka

http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/11/bab-3-sterilisasi.html