Jumat, 03 Februari 2012

abu, 01/02/2012 12:54 WIB

Tempat-tempat Banyak Kuman yang Sering Dikunjungi Anak

Adelia Ratnadita - detikHealth ;

img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Orang tua biasanya khawatir mengenai tempat-tempat kotor yang dikunjungi anaknya. Karena biasanya di tempat-tempat kotor tersebut banyak kuman. Apalagi banyak tempat dan benda yang mengandung banyak kuman disekitar kita dan sering berkontak dengan anak-anak.

Kira-kira tempat dan benda apa saja yang banyak mengandung kuman?

Berikut 10 tempat dan benda yang sering berkontak dengan anak dan mengandung banyak kuman seperti dikutip dari WebMD, Rabu (1/2/2012) antara lain:

1. Gagang sikat gigi

Kloset yang dekat dengan tempat penyimpan sikat gigi, sangat memungkinkan sikat gigi dapat terkontaminasi bakteri. Maka sebaiknya jangan meletakkan tempat sikat gigi di dekat kloset, atau ditempat yang memungkinkan sikat gigi terkontaminasi percikan air dari kloset.

2. Area hewan peliharaan di rumah

Anak biasanya sering bermain bersama hewan peliharaan. Tetapi hewan peliharaan dapat mentransfer bakteri, virus, dan parasit untuk anak-anak melalui air liur atau bulu-bulu mereka. Anak-anak harus selalu mencuci tangan mereka setelah menyentuh hewan peliharaan atau bermain dengan hewan peliharaan.

3. Halaman belakang

Jangan biarkan anak bermain di halaman dengan kotoran hewan. Pastikan anak telah vaksin tetanus, sehingga setiap luka atau goresan terlindung dari tetanus.

4. Kulkas

Salmonella, campylobacter, dan norovirus, yang dapat menyebabkan sakit perut dan diare, adalah bakteri yang sering berada di dapur dan kulkas. Untuk menghindari kontaminasi, maka sebaiknya secara rutin mencuci dan mendisinfeksi dinding dan rak kulkas.

5. Lingkungan hewan

Kebun binatang dan peternakan merupakan tempat yang memungkinkan anak-anak bisa dekat dengan binatang, serta tempat yang bagus untuk belajar. namun, di tempat-tempat tersebut anak-anak juga sangat mungkin terkontaminasi bakteri. Anak-anak harus mencuci tangan setelah menyentuh hewan dan berada di lingkungan hewan.

6. Lantai

Dengan tumpahan makanan, lemak, dan lalu lalang manusia dan hewan peliharaan, lantai bisa menjadi tempat kotor untuk bermain. Karpet dan lantai dapat dihinggapi tungau, jamur, partikel makanan, kotoran luar, dan bahkan potongan serangga. Partikel-partikel tersebut dapat memicu alergi dan serangan asma.

7. Genangan air

Genangan air merupakan tempat yang menggoda untuk bermain anak. Genangan air juga merupakan tempat berkembang biak bagi jamur, bakteri, dan serangga seperti nyamuk, yang bisa menularkan virus dan penyakit lainnya.

8. Sekolah

Bagaimanapun sekolah merupakan tempat umum, yang terdapat banyak kuman. Sebuah studi tahun 2006 di dua sekolah Michigan menemukan kuman sekitar 800 kali lebih banyak untuk air mancur daripada dudukan toilet.

9. Tempat bermain

Tempat penitipan anak dan tempat bermain, terutama tempat dengan fasilitas taman bermain dan peralatan bermain, dapat merupakan tempat bagi penyebaran bakteri seperti MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus). Bakteri S. aureus dapat memasuki tubuh lewat luka terbuka.

10. Mall

Mall juga merupakan tempat umum yang memungkinkan terkontaminasi banyak kuman. Hasil studi menunjukkan rel eskalator, tombol lift, kontroler permainan video, dan ATM merupakn tempat yang tidak dibersihkan secara teratur, sehingga banyak kuman yang berada disana. Sehingga setelah mengunjungi tempat umum, sebaiknya segera mencuci tangan.

(del/ir)

Selasa, 31 Januari 2012

UJI IMVIC


IMVIC = Indol-Metil red - Voges proskauer -Citrat

a. Uji Methyl Red
            Pada kaldu gula  yang berisi tabung Durham, dapat diketahui kemampuan mikroorganisme untuk memfermentasikan karbohidrat, tetapi hasil produksi fermentasi tidak diketahui. Dalam praktikum digunakan media MR-VP untuk mengetahui fermentasi asam campuran atau fermentasi butanadiol.
            Uji methyl red digunakan untuk menentukan adanya fermentasi asam campuran. Beberapa bakteri memfermentasikan glukosa dan menghasilkan berbagai produk yang bersifat asam sehingga akan menurunkan pH media pertumbuhannya menjadi 5.0 atau lebih rendah. Penambahan indikator pH ”methyl red” dapat menunjukkan adanya perubahan pH menjadi asam. Methyl Red berwarna merah pada lingkungan dengan pH 4.4 dan berwarna kuning dalam lingkungan dengan pH 6.2.
            Fermentasi asam campuran ditentukan dengan cara menumbuhkan mikroorganisme dalam kaldu yang mengandung glukosa, dan setelah masa inkubasi menambahkan reagens methyl red ke dalam kaldu. Bila terjadi fermentasi asam campuran kaldu biakan akan tetap berwarna merah. Bila tidak terjadi fermentasi asam campuran maka kaldu biakan berubah menjadi kuning setelah penambahan reagens methyl red. Uji ini sangat berguna dalam identifikasi kelompok bakteri yang menempati saluran pencernaan.

Bahan yang diperlukan:
Biakan :Escherichia coli.
              Enterobacter aerogenes
Kaldu MR-VP (Methyl Red – Voges Proskauer)
Reagens Methyl Red

Cara mengerjakan :
Hari Pertama
1.      Tandai tabung kaldu MR-VP dengan: biakan bakteri yang digunakan.
2.      Inokulasi kaldu MR-VP dengan biakan bakteri.
3.      Inkubasikan dalam 350C selama 5 x 24 jam.

Hari Kedua
1.      Tambahkan 5 tetes reagens methyl red kedalam tabung MR-VP.
2.      Laporkan hasilnya.
Uji bersifat positif bila kaldu berwarna merah setelah penambahan reagens methyl red.
Uji bersifat negatif bila kaldu MR-VP berubah menjadi kuning atau jingga setelah penambahan reagens.

Organisme
Perubahan warna setelah penambahan reagens
E. coli

E. aerogenes


b. Uji Voges-Proskauer
            Uji ini digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang melaksanakan fermentasi 2,3-butanadiol. Bila bakteri memfermentasi karbohidrat menjadi 2,3-butanadiol sebagai produk utama, akan terjadi penumpukan bahan tersebut dalam media pertumbuhan. Penambahan 40% KOH dan 5% larutan alphanaphtol dalam ethanol dapat menentukan adanya asetoin (asetilmetilkarbonil), suatu senyawa pemuka dalam sintesis 2,3-butanadiol. Pada penambahan KOH, adanya asetoin ditunjukan adanya perubahan warna kaldu menjadi merah muda. Perubahan warna ini diperjelas dengan penambahan larutan alpha-naphtol. Perubahan warna kaldu biakan lebih jelas pada bagian yang berhubungan dengan udara, karena sebagian 2,3-butanadiol dioksidasikan kembali menjadi asetoin sehingga memperjelas hasil reaksi. Berdasarkan hal ini tabung yang berisi kaldu dikocok sehingga berbuih, kemudian dibuka tutup tabungnya dan dimiringkan di atas meja.
            Uji Voges-Proskauer sebenarnya merupakan uji tidak langsung untuk mengetahui adanya 2,3-butanadiol dan selalu didapatkan secara serentak, sehingga uji VP absah untuk menentukan adanya 2,3-butanadiol.

Bahan yang diperlukan:
Biakan : Escherichia coli
              Enterobacter aerogenes
Kaldu MR-VP (Methyl Red – Voges Proskauer)
Larutan 40% KOH
Larutan 5% alpha-naphtol

Cara mengerjakan :
Hari Pertama
1.      Tandai kaldu MR-VP dengan biakan bakteri yang digunakan.
2.      Inokulasi kaldu MR-VP dengan biakan bakteri.
3.      Inkubasikan dalam 350C selama 24 – 48 jam.

Hari Kedua
1.      Tambahkan 10 tetes larutan 40% KOH dan 15 tetes larutan alpha-naphtol dalam kaldu MR-VP.
Kocok tabung sehingga kaldu terlihat berbuih. Pengocokan dengan baik meningkatkan aerasi sehingga terjadi peningkatan oksidasi 2,3-butanadiol menjadi asetoin dan memperjelas hasil reaksi uji ini. Hasil reaksi dapat terlihat paling lambat setelah 30 menit.
2.      Laporkan hasilnya.
Uji bersifat positif bila kaldu berwarna merah dalam waktu 30 menit setelah penambahan reagens.
Uji bersifat negatif bila kaldu MR-VP tidak memperlihatkan perubahan warna setelah penambahan reagens.
                  
Organisme
Perubahan warna setelah penambahan reagens
E. coli

E. aerogenes


c.  UJI INDOL
            Asam amino triptofan merupakan kompunen asam amino yang lazim terdapat pada protein, sehingga asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh mikroorganisme akibat penguraian protein. Bakteri tertentu seperti misalnya Escherichia Coli mampu menggunakan triptofan sebagai sumber karbon.
            E. coli menghasilkan enzim triptofanase yang mengkatalisasikan penguraian gugus indol dari triptofan. Dalam media biakan, indol menumpuk sebagai produk buangan, sedangkan bagian lainnya dari molekul triptofan (asam piruvat dan NH4
+
) dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan zat hara mikroorganisme.
Reagens bereaksi dengan indol dan menghasilkan senyawa yang tidak larut dalam air dan berwarna merah pada permukaan medium.
            Untuk uji ini digunakan media semi padat yang kaya akan triptofan. Untuk melihat adanya indol dapat digunakan beberapa reagens yaitu Kovacs, Gore, Ehrlich dan Ehrlich-Bohme. Semua reagens tersebut mengandung para-dimetil-aminobenzaldehida. Dalam praktikum digunakan reagens Ehrlich-Bohme yang terdiri reagens A dan reagens B.
            Media untuk melihat pembentukan indol yang digunakan di laboratorium bersifat semi-padat, oleh karena itu dapat digunakan juga untuk melihat pergerakan bakteri. Jika bakteri bergerak akan terlihat pertumbuhan di sekitar tusukan dan juga pada permukaan media. Media indol diinokulasikan dengan menusukkan jarum kedalam media semi-padat.

Bahan yang diperlukan :
Biakan : Escherichia coli
              Enterobacter aerogenes
              Proteus vulgaris
Biakan semi-padat yang kaya triptofan.
Reagens untuk melihat pembentukan indol.

Cara mengerjakan :
Hari Pertama
1.      Tandai tabung dengan nama, tanggal, dan mikroorganisme yang digunakan.
2.      Inokulasi biakan semi-padat dengan cara menusukan jarum sampai pada kedalaman ¾ bagian dari permukaan media.
3.      Inkubasikan pada suhu 350C selama 24 – 48 jam.

Hari Kedua
1.      Tambahkan reagens Ehrlich-Bohme ke dalam biakan semi-padat. Penumpukan indol dalam media ditandai oleh warna merah pada permukaan media beberapa menit setelah penambahan reagens.
2.      Gambar pertumbuhan mikroba pada media semisolid.
3.      Laporkan hasil pengujian!

Mikroorganisme
Warna lapisan permukaan setelah penambahan reagens
Uji motilitas
E. coli


E. aerogenes


P. vulgaris



Uji Ehrlich-Bohme
Cairan A :  para-dimetil-benzaldehida dalam alkohol 96%
Cairan B : cairan kalium persulfat jenuh (K2S2O3)


 PEMBUATAN REAGEN ERLICH

Fungsinya : Untuk pemeriksaan urobilin urine.
Komposisi :
Paradimetil amino benzildehida 2 gram
HCl 38 % 50 ml
Aquadest 1000 ml
Cara Pembuatan :
Timbang paradimetil amino benzildehida 2 gram dengan menggunakan neraca elektrik dan gelas arloji.
Masukkan ke dalam beaker glass.
Pipet HCl 38 %sebanyak 50 ml, masukkan ke dalam beaker glass tadi.
Add kan dengan aquadest sampai 1000 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
 
PEMBUATAN  REAGEN  KOVACS
1.      N- amyl alkohol                                              75 ml
2.      HCL pekat                                                      25 ml
3.      Para dimetil amino benjaldehide  (PDAB)          5 g

As amino TRIPTOFAN     -------------------------------›  INDOL      +     ASAM PYRUFAT
                                        Enzim Triptofanase (E.Coli)
INDOL   +  P-dimetil amino benzaldehida  -------------------------------›   ROSINDOL
                      (REAGEN Ehrlich)                                                                  (merah)
§ Tugas  Cari rumus molekul reaksi diatas ?
Buku Biokimia HERPER, Farmacofea Indonesia (FI  IV),
Reagens diteteskan ke atas biakan sebanyak 10-12 tetes, jika terdapat pembentukan indol akan terlihat warna merah/merah muda pada bagian atas media biakan.

12.2 UJI IMVIC
            Untuk membedakan Enterobacter aerogenes dan Escherichia coli dilakukan uji IMVIC yang terdiri dari uji-uji :
Indol – Methyl red – Voges Proskauer – Citrat
            Kedua mikroorganisme tersebut akan memberikan hasil sebagai berikut :
                                                I           M         Vi        C
E. coli                                      +          +          -           -
A. aerogenes                           -           -           +          +

D. PENGGUNAAN SITRAT
            Uji  Sitrat digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Untuk uji ini dapat digunakan medium sitrat – Koser berupa medium cair atau medium sitrat – Simmon berupa medium padat. Simmon’s citrate agar merupakan medium sintetik dengan Na sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon, NH4+ sebagai sumber N dan brom thymol  blue sebagai indikator pH, sedangkan medium sitrat-Koser tidak mengandung indikator. Bila mikroorganisme mampu menggunakan sitrat, maka asam akan dihilangkan dari medium biakan, sehingga menyebabkan peningkatan pH dan mengubah warna medium dari hijau menjadi biru. Perubahan warna dari hijau menjadi biru menunjukan bahwa mikroorganisme mampu menggunakan sitrat sebagai satu-satun
ya sumber karbon. Sedangkan para medium sitrat-Koser kemampuan menggunakan sitrat ditunjukan oleh kekeruhan yang menandakan adanya pertumbuhan.

Bahan yang diperlukan:
Biakan : Escherichia coli
              Enterobacter aerogenes
              Proteus vulgaris

Media biakan : Simmons citrate agar

Cara mengerjakan :
Hari Pertama :
1.      Tandai tabung Simmon’s citrate agar dengan nama, tanggal, dan nama mikroorganisme yang di uji.
2.      Inokulasi tabung agar  dengan inokulum yang tipis.
Inokulum yang tebal kadangkala menyebabkan mikroorganisme seakan akan dapat tumbuh dalam Simmon’s citrate agar, sehingga hasil pengujian dapat memberikan hasil yang tidak benar.
3.      Inkubasi pada suhu 350C selama 48 jam.

Hari Kedua
1.      Perhatikan perubahan warna dengan melihat pertumbuhan dan perubahan warnadari hijau ke biru.
2.      Laporkan hasil pengujian!

Mikroorganisme
Warna setelah masa  inkubasi
Kesimpulan hasil pengujian
E. coli


E. aerogenes


P. vulgaris


P. aeruginosa


Kamis, 30 Juni 2011

koefisien fenol

Koefesien fenol


Luqman maulana
Akademi farmasi mahadhika



1.                  Tujuan
mengevaluasi daya anti mikroba suatu fenol, kunyit dan betadine dengan memperkirakan potensi dan efektifitas desinfektan berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak terhadap kuman dan membandingkannya terhadap fenol standard yang disebut koefisien fenol.

2.                  Pendahuluan
Pengawasan terhadap mikroorganisme penyebab penyakit telah menjadi pemikiran para ahli semenjak penyakit-penyakit mulai dikenal. Berbagai macam substansi telah dicoba untuk memilih yang paling tepat guna menghilangkan pencemaran oleh jasad renik terhadap benda-benda baik hidup ataupun mati. 
Bahan anti mikroba yang ditemukan memiliki keefektifan yang bermacam-macam, dan pengunaannya pun ditujukan terhadap hal-hal yang berbeda-beda pula. Salah satu jenis anti mikroba dikenal sebagai disinfektan, merupakan suatu zat (biasanya kimia) yang dipakai untuk maksud disinfeksi pada bahan-bahan tidak bernyawa.
Fenol adalah salah satu contoh disinfektan yang efektif dalam membunuh kuman. Pada konsentrasi rendah, daya bunuhnya disebabkan karena fenol mempresipitasikan protein secara aktif, dan selain itu juga merusak membran sel dengan menurunkan tegangan permukaannya. Dengan persetujuan para ahli dan peneliti, fenol dijadikan standar pembanding untuk menentukan aktivitas sesuatu disinfektan.
Zat-zat antimikroba yang dipergunakan untuk disinfeksi harus diuji keefektifannua. Cara menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut adalah dengan melakukan tes koefisien fenol. Uji ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas suatu produk (desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama. Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dicoba dicampur dengan suatu volume tertentu biakan Salmonella thyphosa atau Staphylococcus aureus.

Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil.
200px-Phenol_chemical_structure.png


Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O yang dapat dilarutkan dalam air.
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya


3.       Alat dan bahan
Alat:
- Pipet volume 10 ml
- Tabung reaksi
-   Tabung widal
-   Kawat ose
-   Rak tabung
-   Pipet volume 1 ml

Bahan:

-       Biakan bakteri staphylococcus aureus
-       Air suling steril
-       Fenol 5 %
-       Kunyit 10 %
-       Betadine
-       NB

4.      Prosedur kerja
a.       Pengenceran fenol 5 %
-       Sediakan tabumg reaksi steril dan diberi nomor 1-10. Tabung no 1-5 berturut-turut diberi air suling steril sebanyak 5 ml, 6 ml, 7 ml, 8 ml, 9 ml. Kemudian tabung ini masing-masing diberi fenol sebanyak 2 ml dikocok homogen.
-       Dipindahkan sebanyak 5 ml dari tabung 1 ke tabung 6, tabung 2 ke tabung 7. Tabung 3 ke tabung 8, tabung 4 ke tabung 9 dan tabung 5 ke tabung 10.
-       Tabung 6-10 siap diinokulasi bakteri
-       Siapkan tabung widal sebanyak 15 tabung
-       Tabung 6 diiolukasikan sebanyak 3 kali tiap tabung widal pada waktu yang berbeda

b.      Pengenceran kunyit
-       Sediakan tabumg reaksi steril dan diberi nomor 1-10. Tabung no 1-5 berturut-turut diberi air suling steril sebanyak 5 ml, 6 ml, 7 ml, 8 ml, 9 ml. Kemudian tabung ini masing-masing diberi  kunyit  10 % sebanyak 2 ml dikocok homogen.
-       Dipindahkan sebanyak 5 ml dari tabung 1 ke tabung 6, tabung 2 ke tabung 7. Tabung 3 ke tabung 8, tabung 4 ke tabung 9 dan tabung 5 ke tabung 10.
-       Tabung 6-10 siap diinokulasi
-       Siapkan tabung widal sebanyak 15 tabung
-       Tabung 6 diiolukasikan sebanyak 3 kali tiap tabung widal pada waktu yang berbeda

c.       Pengenceran betadine
-       Sediakan tabumg reaksi steril dan diberi nomor 1-10. Tabung no 1-5 berturut-turut diberi air suling steril sebanyak 5 ml, 6 ml, 7 ml, 8 ml, 9 ml. Kemudian tabung ini masing-masing diberi  betadine  10 % sebanyak 2 ml dikocok homogen.
-       Dipindahkan sebanyak 5 ml dari tabung 1 ke tabung 6, tabung 2 ke tabung 7. Tabung 3 ke tabung 8, tabung 4 ke tabung 9 dan tabung 5 ke tabung 10.
-       Tabung 6-10 siap diinokulasi
-       Siapkan tabung widal sebanyak 15 tabung 
-       Tabung 6 diiolukasikan sebanyak 3 kali tiap tabung widal pada waktu yang berbeda
 
5.      Perhitungan pengenceran.

Rumus pengenceran V1 x M2 = V2 x M2

a.       Fenol 5 %
-       Tabung 6
2 x 5 % = 5 +2  x M2
M2       = 10 % / 7 ml
M2       = 10/100 x 1/7
M2       = 10/700 = 1/70
-       Tabung 7
2 x 5 % = 6 +2  x M2
M2       = 10 % / 8 ml
M2       = 10/100 x 1/8
M2       = 10/800 = 1/80
-       Tabung  8
2 x 5 % = 7 +2  x M2
M2       = 10 % / 9 ml
M2       = 10/100 x 1/9
M2       = 10/900 = 1/90
-       Tabung 9
2 x 5 % = 8+2  x M2
M2       = 10 % / 10 ml
M2       = 10/100 x 1/10
M2       = 10/1000 = 1/100

-       Tabung  10
2 x 5 % = 9+2  x M2
M2       = 10 % / 11 ml
M2       = 10/100 x 1/1
M2       = 10/1100 = 1/110

b.      Pengenceran betadine 10 % dan kunyit 10 %

-       Tabung ke 6
V1 x M1 = V2 x M2
2 x 10 % = (5+2) x M2
M2         = 20 % / 7 ml
M2         = 20/200 x  1/7
M2         = 20/1400 = 1/70

-       Tabung ke 7
V1 x M1 = V2 x M2
2 x 10 % = (6+2) x M2
M2         = 20 % / 8 ml
M2         = 20/200 x  1/8
M2         = 20/1600 = 1/80

-       Tabung ke 8
V1 x M1 = V2 x M2
2 x 10 % = (7+2) x M2
M2         = 20 % / 9 ml
M2         = 20/200 x  1/9
M2         = 20/1800 = 1/90

-       Tabung ke 9
V1 x M1 = V2 x M2
2 x 10 % = (8+2) x M2
M2         = 20 % / 10 ml
M2         = 20/200 x  1/10
M2         = 20/2000 = 1/100

-       Tabung ke 10
V1 x M1 = V2 x M2
2 x 10 % = (9+2) x M2
M2         = 20 % / 11 ml
M2         = 20/200 x  1/11
M2         = 20/2100 = 1/110
6.      Hasil pengamatan
pengenceran
Waktu menanam / hasil pengamatan
keterangan
5 menit
10 menit
15 menit

Fenol 5 %

Pengenceran 1
-
-
-

Pengenceran 2
+
-
-

Pengenceran 3
-
-
-

Pengenceran 4
-
+
-

Pengenceran 5
-
-
-

Kunyit 10 %

Pengenceran 1
+
+
+

Pengenceran 2
+
+
+

Pengenceran 3
+
+
+

Pengenceran 4
+
+
+

Pengenceran 5
+
+
+

Betadine 10 %

Pengenceran 1
-
-
-

Pengenceran 2
-
-
-

Pengenceran 3
-
-
+

Pengenceran 4
+
-
+

Pengenceran 5
+
+
+



                                       pengenceran tertinggi fenol yang mematikan mikroorganisme        waktu 10 menit, tidak mematikan pada waktu 5 menit.
rumus koefesien fenol =
Pengenceran tertinggi sampel yang mematikan mikroorganisme waktu 10 menit, tidak mematikan pada waktu 5 menit.

=  1/80
     1/100
= 1,25

7.      Pembahasan
Pada percobaan tekhnik analisa hayati dengan judul koefesien fenol, percobaan ini bertujuan untuk mengetahui daya kerja antimikroba dari setiap sampel (fenol 5%, kunyit 10% dan betadine 10%). Daya kerja antimikroba sering sekali disetarakan dengan fenol. Kemampuan bahan kimia sebagai antimikroba dengan fenol disebut dengan koefesien fenol.
Dalam percobaan, langkah peratam yaitu siapkan 10 tabung reaksi steril kemudian beri nomor 1-10. Untuk 5 tabung pertama masing-masing tabung diisi dengan larutan fisiologis 0,9% sebanyak 5ml, 6ml, 7ml, 8ml, 9ml. Setelah itu masukkan sampel sesuai dengan konsentrasinya sebanyak 2ml pada setiap tabung. Kemudian tabung 6-10 diisi oleh larutan dari tabung 1-5 sebanyak 5 ml.  Dan tabung siap diinolukasilan bakteri staphylococcus aureus sebanyak 0,5 ml.
Dari masing-masing tabung inokulasikan bakteri pada tabung widal pada waktu yang berbeda(5menit, 10 menit dan 15 menit) kemudian inkubasi dalam oven suhu 370 C selama 24 jam.
Dari hasil pengamatan pada sampel fenol diperoleh pengenceran tertinggi fenol yang mematikan miroorganisme pada waktu 10 menti, dan tidak mematikan pada waktu 5 menit terdapat pada pengenceran ke-2 dengan konsentrasi pengenceran 1/80. Untuk sampel kunyit 10 % tabung widal semuanya berubah menjadi keruh, sedangkan untuk betadine 10% pengenceran tertinggi bahan kimia yang mematikan mikroorganisme pada waktu 10 menit, dan tidak mati pada waktu 5 menit terdapat pada pengenceran ke 4 dengan konsentrasi oengenceran1/100. Sehingga dapat diketahui koefesien fenolnya yaitu 1,25.



8.      Kesimpulan

Koefisien fenol betadine 10 % yaitu 1,25 yang berarti betadine mempunyai daya kerja antimikrobial yang lebih baik dari fenol.



9.      Daftar pustaka